Saat
sedang berolahraga terdapat dua simpanan energi utama yang akan
digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi yaitu simpanan karbohidrat dan
lemak. Simpanan karbohidrat terdapat dalam jumlah yang terbatas di
dalam tubuh yaitu sekitar 0.5 kg dan tersimpan dalam bentuk glikogen
otot, glikogen hati dan glukosa darah. Sedangkan lemak dalam jumlah yang
besar akan tersimpan di dalam jaringan adipose dan di dalam otot
sebagai triasilgliserol.
Proses
produksi energi di dalam sel otot akan berlangsung tepatnya
di dalam mitokondria sel. Di dalam mitokondria, lemak atau karbohdrat akan
dioksidasi atau dalam istilah yang lebih popular akan di 'bakar' untuk
menghasilkan molekul energi ATP (adenosin trifosfat) yang merupakan
sumber energi di dalam sel-sel tubuh.
Selama
berolahraga, secara ideal energi harus dapat diperoleh oleh
sel-sel otot dengan laju yang sama dengan kebutuhannya. Adanya
ketidakseimbangan antara laju pemakaian energi dengan pergantian atau jumlah
persediaan energi akan mengurangi kerja
maksimal otot sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan
menurun dan tubuh akan terasa lelah akibat dari terjadinya
ketidakseimbangan neraca energi.
Proses
produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua proses metabolisme
yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme anaerobik. Metabolisme energi
pembakaran lemak dan karbohidrat dengan kehadiran oksigen (O2)
yang akan diperoleh melalui proses pernafasan disebut dengan metabolisme
aerobik.Sedangkan proses metabolisme energi tanpa kehadiran oksigen (O2)
disebut dengan metabolisme anaerobik.
Metabolisme
energi secara aerobik dapat menyediakan energi bagi tubuh untuk jangka
waktu yang panjang sedangkan metabolisme energi anerobik mampu untuk
menyediakan energi secara cepat di dalam tubuh namun hanya untuk waktu yang
tebatas yaitu sekitar 5-10 detik. Pada olahraga dengan
intensitas rendah tubuh secara dominan akan mengunakan metabolisme
aerobic untuk menghasilkan energi. Dan apabila terjadi peningkatan intensitas
olahraga hingga mencapai titik dimana metabolisme energi aerobik tidak
lagi dapat memenuhi kebutuhan energi sesuai dengan laju yang
dibutuhkan, maka energi secara anaerobik akan diperoleh
dari simpanan creatine phosphate (PCr) dan juga
karbohidrat yang tersimpan sebagai glikogen di dalam otot. Metabolisme
energi secara aerobik disebutkan merupakan proses yang ‘bersih’ karena tidak
menghasilkan produk samping. Hal ini berbeda dengan sistem anaerobik yang
akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang akumulasinya akan
membatasi efektivitas kontraksi otot yang juga dapat
menimbulkan rasa nyeri.
Olahraga
seperti jalan kaki, jogging, lari jarak menengah-jauh dan bersepeda
merupakan olahraga yang cenderung dilakukan dengan intensitas rendah-sedang
pada waktu yang panjang secara dominan akan mengunakan metabolisme aerobic
untuk menghasikan energi. Dan olahraga seperti sprint, angkat berat atau
jenis olahraga lain yang membutuhkan energi besar secara
cepat merupakan olahraga yang dominan mengunakan metabolisme
energi anaerobik. Sedangkan untuk olahraga beregu seperti
sepakbola, bola basket, hoki yang biasanya merupakan kombinasi antara
komponen intensitas rendah-tinggi yang juga diselingi
dengan periode istirahat akan mengunakan kombinasi metabolisme aerobik
dan anaerobik untuk menghasilkan energi begitu pula dengan
olahraga individual seperti tenis, bulutangkis atau juga squash.
|
Wednesday, October 24, 2012
pembentukan energi saat olahraga
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment